Friday 19 December 2014

KESULTANAN MAKASSAR- KUPANG



Setelah menjadi sebuah Kesultanan Makassar, kemudian mereka berusaha untuk mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan.[1] Upaya yang dilakukan ini mendapatkan perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng.[1] Kemudian persekutuan itu disebut dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan).[1] Namun satu persatu kerajaan tersebut berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar.[1] Selain menakhlukkan kerajaan tetangga, mereka memperluas pengaruh hingga ke bagian timur kepulauan Nusa tenggara.[1] Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. [5] Hingga kini, Islam menjadi agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan. [5] Penguasa terbesar dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng Mattawang yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). [1] Di bawah kepemimpinan Hasannudin ini Makassar berkembang menjadi satu kekuatan besar di kawasan timur Nusantara.[1] Sultan Hasannudi berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.[3] Sultan Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito di Indonesia bagian timur pada waktu itu.[3] Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.[3] Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan besar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.[3] Balai kota Makassar. Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone.[6] Persaingan antara dua kekuatan tersebut pada akhirnya melibatkan campur tangan dari Belanda dalam sebuah peperangan yang dinamakan Perang Makassar (1660-1669).[6] Belanda yang mempunyai tujuan tertentu yaitu, berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di pelabuhan Makassar memanfaatkan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, sebagai musuh Kesultanan Makassar.[6] Kemudian dalam peperangan Makassar ini Kesultanan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tetapi Hasannudin tidak bisa mematahkan kekuatan Kerajaan Bone yang dibantu oleh kekuatan Belanda yang berambisi menguasai Makassar.[6] Kemudian Hasannudin dipaksa oleh VOC untuk menandatangai perjanjian Bungaya (18 November 1667) sebagai tanda takluk kepada VOC.[1]

1 comment:

  1. We have old gold coins 1297 ,, if interested mail nakhoda.tdr77@yahoo.com. Thank you

    ReplyDelete